MANAJEMEN PENDIDIKAN
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manajemen
berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata to manage yang berarti
mengatur atau pengaturan sedangkan menurut istilah manajemen merupakan proses
atau rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lain, meskipun
tidak mengikuti rangkaian yang sistematis. Rangkaian itu berisi kegiatan
menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan, serta mengawasi orang lain dalam
berbuat sesuatu, baik secara perorangan maupun bersama-sama.[1]
Selain
itu, manajemen juga menempatkan suatu kegiatan dalam membimbng suatu kelompok
sedemikian sehingga tercapai tujuan bersama dalam organisasi yang bersifat
universal berlaku dan terdapat pada kepemimpinan di berbagai bidang kegiatan
atau hidup manusia.[2]
Dalam
proses pelaksanaannya, manajemen mempunyai tugas-tugas khusus yang harus
dilaksanakan. Tugas-tugas khusus itulah yang bisa disebut sebagai fungsi-fungsi
manajemen sehingga dalam arah organisasi dimulai dari menentukan arah
organisasi di masa depan, menciptakan kegiatan-kegiatan organisasi, mendorong
terbinanya kerjasama antar sesama anggota organisasi serta mengawasi kegiatan
dalam mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Dalam
rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien itulah, manajemen
harus difungsikan sepenuhnya dalam pada setiap organisasi, industri, perbankan,
maupun pendidikan.
Menurut
Terry fungsi manajemen terdiri dari perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan
pengaturan (controlling) sedangkan Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa
fungsi manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian,
pengawasan dan penilaian.[3]
Namun
dalam makalah ini hanya akan dibahas secara mendalam mengenai fungsi
perencanaan (planning) yang pada dasarnya merupakan langkah awal dalam
dan sangat mempengaruhi fungsi-fungsi manajemen lainnya.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini. adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan
perencanaan (planning)?
2.
Apakah manfaat dari
adanya perencanaan (planning)?
3.
Bagaimanakah
tahap-tahap perencanaan (planning)?
4.
Bagaimanakah
model-model perencanaan (planning)?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perencanaan (planning)
Perencanaan
(planning) merupakan process of
setting objectives and determining what should be done to accomplishment (proses
penetapan tujuan dan hal yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut).[4]
Merencanakan pada dasarnya merupakan proses penentuan kegiatan yang akan
dilakukan di masa depan. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengatur berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa dalam proses perencanaan terdapat
upaya penggunaan sumber daya manusia (human resources), sumber daya alam
(natural resources), dan sumber daya yang lainnya (other resources)
untuk mencapai tujuan.
Menurut
Roger A. Kauffman perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai atau sasaran yang akan dicapai dan menetapkan jalan dan sumber
yang diperlukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (the process of setting goals or targets to be
achieved or targets to be
achieved and specify the path and the resources
needed to achieve goals effectively and efficiently).[5]
Bateman dan Snell mengemukakan bahwa planning
is specifying the goals to be achieved and deciding in advance the
approprioriate actions needed to achieve those goals (Perencanaan
adalah menentukan tujuan yang
harus dicapai dan memutuskan tindakan
prioritas yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut).[6] Koontz menyerahkan perencanaan sebagai
suatu proses intelektual yang menentukan secara sadar tindakan yang akan
ditempuh dan mendasarkan
keputusan-keputusan pada tujuan yang hendak dicapai, informasi yang tepat waktu
dan dapat dipercaya, serta memperhatikan perkiraan keadaan yang akan datang.[7]
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan proses menetapkan
kegiatan yang akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Ada
beberapa hal yang seringkali membuat seorang manajer skeptis atau bahkan gagal
dalam menetapkan tujuan organisasinya. Menurut David A. Kolb, Irwin M. Rubin,
dan James M. Myltire adalah hal-hal tersebut adalah:
1.
Keengganan melepaskan
tujuan alternatif
2.
Ketakutan akan
kegagalan
3.
Kekurangan pengetahuan
tentang organisasi
4.
Kekurangan pengetahuan
tentang lingkungan
Selain
itu, kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan sebaiknya didasarkan
pada fakta-fakta tepat yang telah dikumpulkan
dan dianalisis dengan baik sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan proses perencanaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud
adalah 5W1H yaitu:
1.
Apa (what) yang
akan dilakukan
2.
Mengapa (why)
hal tersebut dilakukan
3.
Syapa (who) yang
melakukannya
4.
Dimana (where)
melakukannya
5.
Kapan (when)
dilaksanakan
6.
bagaiamana (how)
melakukannya
Di dalam proses
perencanaan ini dirumuskan tindakan awal sebelum melakukan aktivitas dalam
suatu organisasi, perencanaan ini merupakan suatu penentu adanya perbedaan
kinerja satu organisasi dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk
mencapai tujuan dan menyatakan yang membuat perencanaan tersebut karena
sesungguhnya perencanaan itu memberikan arah, mengurangi pengaruh, perubahan,
menumbuhkan penyumbangan dan menyusun ukuran untuk memudahkan proses-proses manajerial yang lain terutama
fungsi pengawasan.[9]
Selain itu, perencanaan yang baik dilakukan untuk mencapai:
1.
Protective benefits,
yaitu menjaga agar tujuan-tujuan, sumber dan teknik/metode memiliki relevansi
yang tinggi dengan tuntutan masa depan sehingga mengurangi resiko keputusan.
2.
Positive benefits,
yaitu produktifitas dapat meningkat sejalan dengan dirumuskannya rencana yang
komprehensif dan tepat.[10]
Namun
perlu dipahami bahwa fungsi perencanaan memiliki hubungan yang sangat erat
dengan pengambilan keputusan (decision making). Hal ini
disebabkan karena pada dasarnya suatu keputusan meruapakan suatu resolusi dari
kemungkinan alternatif. Suatu keputusan bukanlah suatu rencana apabila di
dalamnya tidak menyangkut baik tindakan maupun masa yang akan datang. Keputusan
sangat diperlukan pada hirarki preses perencanaan. Oleh karena itu, suatu yang
sangat sulit untuk memisahkan antara proses perencanaan dengan pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan merupakan aspek penting dalam perncanaan,
yaitu proses pengembangan dan pemulihan arah untuk memecahkan permasalahan
tertentu. Keputusan harus diambil pada setiap titik dalam proses perencanaan.
B. Manfaat
Proses Perencanaan (benefits of planning)
Di dalam
dunia organisasi, berbagai tekanan atau hambatan bisa datang dari berbagai hal.
Secara eksternal, berbagai hambatan bisa ditimbulkan oleh etika pengharapan,
aturan pemerintah, ketidakpastian ekonomi global, perkembangan teknologi, dan
pembelanjaan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan,
kapitalisasi, dan berbagai sumber daya yang lainnya. Secara internal, hambatan bisa ditimbulkan
oleh upaya efisiensi operasi, strukut dan teknologi baru, pengaturan alternatif
kegiatan, kemajemukan di tempat kerja, dan yang bethubungan dengan tantangan
dalam proses manajerial. Akan tetapi, diharapkan di dalam proses perencanaan
memiliki berbagai manfaat baik bagi organisasi maupun pribadi.[11]
Adapun berbagai manfaat dari proses perencanaan
adalah:
1. Perencanaan
dapat mengembangkan Fokus dan Fleksibilitas (Planning Improves Focus and Flexibility)
Perencanaan
yang baik dapat mengembangkan fokus dan fleksibilitas, Keduanya sangat penting
demi kesuksesan kinerja. Suatu organisasi dengan titik fokus atau perhatian
yang baik dapat mengetahui hal terbaik yang bisa dilakukan, kebutuhan pelanggan
(pengguna jasa), dan mengetahui cara melayani mereka dengan baik. Suatu
organisasi dengan fleksibilitas yang baik akan serta dapat mengubah dan
beradaptasi terhadap pergeseran atau perubahan situasi, dan beroperasi dengan
orientasi menuju masa depan yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Perencanaan
dapat Mengembangkan Orientasi Kerja (Planning
Improves Action Orientation)
Perencanaan
merupakan suatu cara atau jalan bagi seseorang atau organisasi untuk tetap
terdepan dalam suatu kompetisi dan menjadi lebih baik dari yang sedang mereka
kerjakan. Hal tersebut dapat menjaga masa depan yang terlihat seperti sebuah target
kinerja dan meningatkan kita dalam pengambilan keputusan yang terbaik yang dapat kita
terapkan sebelum berbagai permasalahan muncul. Hal ini tentu saja dapat
menghindarkan serta menjaga kita dari berbagai peristiwa atau permasalahan yang
akan dapat menganggu pencapaian tujuan.
3. Perencanaan
dapat Mengembangkan Koordinasi dan Pengawasan (Planning Improves Coordination and Control)
Perbedaan
individu, kelompok dan subsistem dalam organisasi dapat muncul dalam berbagai
kegiatan dengan berbagai perbedaan dalam waktu yang sama. Akan tetapi, berbagai
upaya harus menambah kontribusi untuk saling memahami bagi seluruh unsur-unsur
dalam organisasi. Ketika rencana dikoordinasikan antara seseorang dengan
subsistem, terdapat kemungkinan sangat bahwa merekan mengkombinasikan prestasi
yang sangat canggih.
Ketika
perencanaan dilaksanakan dengan baik akan memfasilitasi atau dapat membantu
proses pengawasan. Tahap pertama dalam perencanaan adalah menetapkan tujuan dan
standar, dan hal ini adalah prasyarat dalam pengawasan yang baik. Tujuan yang
ditetapkan dengan perencanaan yang baik dapat membuat pengawasan lebih mudah untuk mengukur hasil dan memilih
suatu kegiatan sesuai dengan kebutuhan.[12]
Selain berbagai
manfaat tersebut di atas, salah satu manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya
perencanaan yang baik adalah kemampuan membaca yang hal yang sedang terjadi dan
memproyeksikan kecenderungan hal yang akan terjadi sehingga perncanaan dapat
menjadi alat peubah yang memiliki tingkat validitas yang tinggi dengan resiko
yang minimal. Hal ini dikarenakan masa yang akan datang memang tidak dapat
dideskripsikan secara pasti namun dapat diestimasi kemungkinan yang akan terjadi
dengan membaca kecenderungannya di masa kini.
C. Tahap-tahap
dalam Perencanaan
Pada
dasarnya semua kegiatan perencanaan melalui empat tahapan dasar sebagai
berikut:
1.
Tahap pertama adalah
menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Perencanaan dimulai dengan
keptusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok
kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya
secara tidak efektif.
2.
Tahap kedua yaitu
merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi organisasi sekarang dari
tujuan yang hendak dicapai atau berbagai sumber daya yang tersedia untuk
pencapaian tujuan merupakan hal yang sangat penting karena tujuan dan rencana
menyangkut waktu yang akan datang.
3.
Tahap ketiga adalah
mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan dan kelemahan
serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan.
4. Tahap
keempat yaitu mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan ini meliputi pengembangan
berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan.[13]
Sedangkan
menurut Banghart dan Trull, tahapan-tahapan perencanaan meliputi:
1.
Menentukan masalah
perencanaan, meliputi:
a. Gambaran
ruang lingkup permasalahan
b. Mempelajarai
berbagai hal yang telah terjadi
c. Menetapkan
apa yang ada dan yang seharusnya ada atau kenyataan dan harapan
d. Sumber-sumber
dan keterbatasannya
e. Mengembangkan
bagian-bagian perencanaan dan prioritasnya
2.
Analisis masalah
perencanaan, meliputi:
a. Mengkaji
permasalahan dan sub masalah
b. Pengumpulan
data dan tbaulasi data
c. Meramalkan
meproyeksikan
3.
Konsep dan desain
perencanaan, mencakup:
a. Identifikasi
kecenderungan yang ada
b. Merumuskan
tujuan umum dan khusus
c. Menyusun
rencana
4.
Evaluasi rencana,
mencakup:
a. Simulasi
rencana
b. Evaluasi
rencana
c. Memilih
rencana
5.
Spesifikasi atau
merumuskan rencana, mencakup:
a. Merumuskan
masalah
b. Menyusun
hasil rumusan dalam bentuk final plan draf
atau rencana akhir
6.
Implementasi rencana,
melipti:
a. Persiapan
rencana operasional
b. Persetujuan
dan Pengesahan rencana
c. Mengatur
aparat organisasi
7.
Balikan pelaksanaan
rencana, mencakup:
a. Monitoring
rencana
b. Evaluasi
pelaksanaan rencana
c. Mengadakan
penyesuaian, perubahan atau merancang yang perlu dirancang lagi, bagaimana
perancangannya dan oleh siapa.[14]
Menurut
Koontz H. dan O’Donnel, tahap-tahap fungsi perencanaan yang baik melibatkan
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Establishment of objectives (pembentukan tujuan):
a. Perencanaan membutuhkan pendekatan sistematis.
b. Perencanaan dimulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai
c. Tujuan memberikan alasan untuk melakukan berbagai kegiatan serta menunjukkan arah usaha.
d. Selain itu tujuan memfokuskan perhatian manajer pada hasil akhir yang ingin dicapai.
e. Sebagai soal fakta, tujuan memberikan inti untuk proses perencanaan. Oleh karena itu, tujuan harus dinyatakan dalam bahasa yang jelas, tepat dan tidak ambigu. Jika tidak, kegiatan yang dilakukan pasti tidak efektif.
f. Sejauh mungkin, tujuan harus dinyatakan dalam istilah kuantitatif. Sebagai contoh, Jumlah orang yang bekerja, upah yang diberikan, unit yang diproduksi, dll Tapi tujuan seperti itu tidak dapat dinyatakan dalam istilah kuantitatif seperti kinerja manajer pengendalian mutu, efektivitas manajer personalia.
g. Tujuan tersebut harus ditentukan dalam istilah kualitatif.
h. Oleh karena itu tujuan harus praktis, dapat diterima, dapat dikerjakan dan dapat dicapai.
2. Establishment of Planning Premises (pembentukan landasan perencanaan)
a. Tempat perencanaan asumsi tentang bentuk hidup
dari peristiwa-peristiwa di masa
depan.
b. Mereka melayani sebagai dasar perencanaan.
c. Pendirian tempat perencanaan berkaitan dengan penentuan mana satu cenderung menyimpang
dari rencana aktual dan penyebab penyimpangan tersebut.
d. Ini adalah untuk mengetahui
hambatan-hambatan apa yang ada di
perjalanan bisnis selama operasi
e. Pendirian tempat perencanaan yang bersangkutan untuk mengambil langkah-langkah seperti
yang menghindari hambatan-hambatan
untuk sebagian besar.
f. Perencanaan tempat mungkin internal atau eksternal. Internal mencakup modal kebijakan investasi, manajemen hubungan
industrial, filosofi manajemen,
dll Sedangkan eksternal meliputi perubahan sosial-ekonomi, politik dan ekonomis.
g. Tempat internal dikontrol sedangkan eksternal
adalah non-dikontrol.
3. Choice of alternative course of action (pemilihan tindakan alternatif)
a. Ketika perkiraan yang tersedia dan tempat ditetapkan, tentu saja sejumlah
alternatif tindakan harus dipertimbangkan.
b. Untuk tujuan ini, setiap alternatif akan dievaluasi dengan menimbang pro dan kontra dalam terang sumber
daya yang tersedia dan persyaratan organisasi.
c. Manfaat, kerugian serta konsekuensi dari
setiap alternatif harus diperiksa
sebelum pilihan sedang dibuat.
d. Setelah evaluasi yang obyektif dan ilmiah, alternatif terbaik dipilih.
e. Para perencana harus mengambil bantuan dari berbagai teknik
kuantitatif untuk menilai stabilitas
alternatif.
4. Formulation of derivative plans (perumusan rencana turunan)
a. Rencana turunan, rencana sub atau rencana sekunder yang membantu
dalam pencapaian rencana utama.
b. Rencana sekunder akan mengalir dari
rencana dasar. Ini dimaksudkan untuk mendukung dan expediate pencapaian rencana
dasar.
c. Rencana ini detail termasuk kebijakan,
prosedur, aturan, program, anggaran, jadwal, dll Sebagai contoh, jika
memaksimalkan keuntungan merupakan tujuan utama dari perusahaan, rencana
derivatif akan mencakup maksimalisasi penjualan, maksimisasi produksi, dan
minimisasi biaya.
d. Rencana turunan menunjukkan jadwal waktu
dan urutan menyelesaikan berbagai tugas.
5. Securing Co-operation (mengamankan kerjasama)
a. Setelah rencana telah ditentukan, maka perlu lebih dianjurkan untuk mengambil bawahan atau mereka yang harus melaksanakan rencana ini dalam keyakinan.
b.
Tujuan di balik membawa
mereka ke dalam kepercayaan
adalah:
c. Bawahan akan merasa termotivasi karena mereka
terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
d. Organisasi mungkin bisa mendapatkan saran berharga dan perbaikan
formulasi serta implementasi
rencana.
e. Juga karyawan akan lebih tertarik dalam pelaksanaan rencana ini.
- Follow up/Appraisal of plans (tindak lanjut/penilaian rencana)
a. Setelah memilih tindakan tertentu,
itu dimasukkan ke dalam tindakan.
b. Setelah dipilih rencana
diimplementasikan, penting untuk menilai efektivitasnya.
c. Hal ini dilakukan berdasarkan umpan
balik atau informasi yang diterima dari departemen atau orang yang bersangkutan.
d. Hal ini memungkinkan manajemen untuk
penyimpangan benar atau memodifikasi rencana.
e. Langkah ini menetapkan hubungan
antara perencanaan dan pengendalian fungsi.
f. Tindak lanjut harus berdampingan pelaksanaan
rencana sehingga dalam terang pengamatan yang dilakukan, rencana masa depan
bisa dibuat lebih realistis.[15]
D. Model-model
Perencanaan
Dalam
proses perencanaan, terdapat beberapa model-model perencanaan yang dapat
diterapkan oleh para manajer. Model-model tersebut antara lain:
1. Diagram
Balok (bar chart)
Diagram
balok (bar chart) sering juga disebut diagrma Gannt (Gannt chart)
karena diagram ini memberilan gambran tentang kegiatan terperinci suatu proye,
waktu memulai sikap kegiatan, dana lamanya kegiatan tersebut. Dalam diagram
balok ini terdapat dua macam sumbu, yaitu absis dan ordinat atau dua dmensi
yaitu vertikal dan horisontal. Dimensi vertikal menunjukkan tugas yang harus
dilaksnakan, sedangkan dimensi horisontal menunjukkan waktu, mulai dari yang
ditentukan.[16]
Kekurangan
atau kelemahan diagram ini adalah hubungan kegiatan lainnya tidak tergambarkan,
tdak dapat diidentifikasi, kegiatan mana yang yang merupakan kegiatan kritis
(kegiatan yang tidak boleh ditunda) yang apabila pelaksanaannya tertuda
mengakibatkan gangguan terhadap peyelesaian keseluruhan proyek. Oleh karena itu, proyek
yang besar yang memerlukan kontrol waktu secara ketat, koordinasi dan analsisi
biaya yang cermat.[17]
2. Diagram
Milstone
Diagram
Milstone sering juga disebut diagram struktur penacrian kerja . Diagram ini
menggambarkan unsur-unsur fungsional suati proyek dengan keterkaitannya secara
fungsional. Struktur ini dibuat berdasarkan pemecahan struktur proyek yang
disusun secara hirarkis[18].
3. PERT
dan CPM
a. PERT
PERT yang
meruapakan akronim Program Evaluatioan and Review Techniquest atau
Teknik Evaluasi dan Peninjauan Program (TEPP), yiatu suatu metode yang memaksa
dan memungkinkan manajer memikirkan setiap program dan proyek penting sebagai
keseluruhan secara detail. Tekinik ini menunjukkan kepada manajer kemungkinanan
terjadinya hambatan , dan membantu mereka memecahkan permasalahan yang timbul,
serta menetukan batas waktu yang lebiih cepat karena danya pengendalian yang
efektif dan berkesinambungan. Menurut
Leven dan Kirkpatrick, dalam menetukan teknik ini terdapat dua konsep
yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu peristiwa dan aktivitas.[19]
b. CPM
Aktivitas
|
Waktu
|
Biaya
|
Biaya mempercepat per minggu
|
||
Normal
|
Cepat
|
Normal
|
Cepat
|
||
1
|
5
|
3
|
Rp 900.0000
|
Rp.1.300.000
|
Rp. 200.000
|
2
|
3
|
2
|
Rp 400.0000
|
Rp
700.000
|
Rp 300.000
|
3
|
2
|
1
|
Rp 300.0000
|
Rp
400.000
|
Rp 100.000
|
4
|
7
|
5
|
Rp 800.0000
|
Rp 1.100.000
|
Rp 150.000
|
5
|
6
|
3
|
Rp 600.0000
|
Rp
7500.000
|
Rp
50.000
|
6
|
5
|
3
|
Rp1.000.0000
|
Rp1.200.000
|
Rp 100.000
|
7
|
6
|
4
|
Rp 900.0000
|
Rp1.200.000
|
Rp1.500.000
|
CPM
merupakan akronim dari Critical Path Method atau Metode Jalur Kritis
(MJK) adalah suatu teknik perencnaan dan pengendalian yang digunakan dalam
proyek yang memiliki data biaya dari masa lampau. metode ini memungkinkan
seorang manajer menyelesaikan pekerjaan dalam waktu sesingkat mungkin dengan kerja lembur seminimum mungkin,
tambahan tenaga kerja ataupun kerja lembur seminimum mungkin, tamabahan tenaga
kerja atau tambahan peralatan kerja, serta tidak terkena sanksi apapun apabila
penyelesaian pekerjaan tersebut terlambat.[20]
Contoh :
DAFTAR PUSTAKA
Bateman, Thomas, dan Scott A. Snell. Management:
Leading & Collaboration in the Competitive World. Edisi VIII. New York:
Mc Graw-Hill Companies. 2009
Engkoswara, dan Aan Komariah. Administrasi
Pendidikan. CV Alfabeta. 2010
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2008
Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta. 2003
Kauffman, Roger A. Educational
System Planning. New York: Prentice Hall Inc, 1972
Koontz
H., dan O’Donnel. Management: A Book of
Reading. New York: McGraw Hill Publishing
Company. 1968
Schemerhorn, John R. Intoduction to Management. Asia: Sons Pte Ltd.
2010
Siswanto, H. B. . Pengantar
Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011
Siswanto Nawawi, Hadrawi, dkk. Kepemimpinan
Yang Efekif. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Perss. 2002
Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soetomo. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. 1998
Syafaruddin. Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam. Jakarta: PT Ciputat Press. 2005
Koontz
H., dan O’Donnel, Management: A Book of
Reading(New York: McGraw Hill Publishing
Company, 1968)
Contoh Bagan PERT
[1]Hadarawi
Nawawi, dkk, Kepemimpinan Yang Efekif, (Cet. III; Yogyakarta:
Gadjah Mada UniversityPerss, 2002), p.
75
[2]Hendiyat Soetopo dan Wasty Soetomo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Cet. II;
Jakarta: Bumi Aksara, 1998), p. 1
[3]Ibid h. 61
[6]Thomas Bateman,
dan Scott A. Snell. Management: Leading
& Collaboration in the Competitive
World. (Edisi VIII; New York: Mc Graw-Hill Companies, 2009)
[9]Syafaruddin, Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), p. 67
[15]Koontz
H., dan O’Donnel, Management: A Book of
Reading(New York: McGraw Hill Publishing Company, 1968)
[20]Ibid, h. 59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar